Beranda | Artikel
Makna Hadits: Sebaik-Baik Kalian adalah yang Mempelajari Alquran dan Mengajarkannya
Jumat, 15 Mei 2020

Meluruskan pemahaman keliru terhadap maksud dari hadits belajar Al-Qur’an: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”

Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah,amma ba’du :

Pemahaman yang salah!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه 

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori).

Di antara pemahaman yang salah dalam memahami hadis di atas adalah membatasi golongan manusia yang layak disebut sebagai orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya hanyalah sebatas orang yang mempelajari dan mengajarkan huruf dan lafadz Al-Qur’an, Tajwid dan ilmu Qiro`ahnya semata! Ini adalah sebuah keyakinan yang salah!

Akibat dari meyakini pemahaman yang salah tersebut

Ketika seseorang meyakini keyakinan yang salah ini, maka sangat memungkinkan ia akan merasa cukup bila sudah menguasai ilmu Tajwid dan Qiro`ah atau sudah hafal Al-Qur’an, maka bisa jadi ia akan berhenti ataupun malas dari melanjutkan mempelajari tafsir Al-Qur’an, memahami makna dan penjelasan kandungannya, baik berupa aqidah yang shohihah, ibadah, akhlak karimah serta hukum-hukum Syari’at.

Karena ia merasa sudah mengamalkan hadits ini, guna meraih derajat yang terbaik!

Tujuan Al-Qur’an diturunkan

Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah telah menjelaskan :

فالقرآن الكريم نزل لأمور ثلاثة: التعبد بتلاوته، وفهم معانيه والعمل به

“Al-Qur’an itu diturunkan untuk tiga tujuan : beribadah dengan membacanya, memahami makna dan mengamalkannya”

Lihatlah, di sini Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah menunjukkan tiga perkara yang menjadi tujuan diturunkannya Al-Qur’an, tentunya ketiga perkara ini sama-sama pentingnya, sama-sama baiknya, sama-sama menjadi tujuan diturunkannya Al-Qur’an! 

Pertama dari tujuan tersebut adalah beribadah kepada Allah dengan membacanya, tentunya membacanya dengan tajwid dan ilmu Qiro`ah,

Kedua,  memahami makna atau tafsirnya,

Ketiga,  mengamalkannya.

Maka -misalnya- ketika seseorang baru meraih salah satu dari tiga perkara itu dengan baik, berarti baru meraih sepertiga dari tujuan diturunkannya Al-Qur’an! Janganlah berhenti sampai di situ saja, teruskan meraih dua perkara yang lainnya.

Makna yang benar dari hadits di atas

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullahu setelah membawakan hadits di atas,lalu menjelaskan maknanya  :

وتعلم القرآن وتعليمه يتناول تعلم حروفه وتعليمها , وتعلم معانيه وتعليمها 

Mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya mencakup:

  1. Mempelajari dan mengajarkan huruf-hurufnya
  2. Mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya

وهو أشرف قسمي تعلمه وتعليمه , فإن المعنى هو المقصود , واللفظ وسيلة إليه ,

Yang terakhir inilah (yaitu no.2, pent.) merupakan jenis mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya yang paling mulia, karena makna Al-Qur’an itulah yang menjadi tujuan yang dimaksud, sedangkan lafadz Al-Qur’an  adalah sarana untuk mencapai maknanya. 

 فتعلم المعنى وتعليمه تعلم الغاية وتعليمها 

Maka  mempelajari dan mengajarkan makna-maknanya (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan tujuan.

وتعلم اللفظ المجرد وتعليمه  تعلم الوسائل وتعليمها

sedangkan mempelajari dan mengajarkan lafadz semata (hakekatnya) adalah mempelajari dan mengajarkan sarana

 وبينهما كما بين الغايات والوسائل “

Dan (perbandingan) diantara keduanya seperti perbandingan antara tujuan dan sarana.

Kesimpulan

  • Mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya mencakup dua macam sekaligus,yaitu : Lafadz dan maknanya. Berarti kedua-duanya sama-sama pentingnya.
  • Perbandingan keduanya, seperti perbandingan antara tujuan dan sarana. Berarti, jenis yang satu lebih mulia dari yang lainnya.
  • Mempelajari makna-maknanya dan mengajarkan makna-maknanya (tafsirnya) lebih mulia dari mempelajari huruf-hurufnya dan mengajarkan huruf-hurufnya saja (tajwidnya semata).

Oleh karena itu, pantaslah jika dua orang yang masyhur disebut sebagai pakar Tafsir di kalangan Sahabat, yaitu: Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dan selain keduanya, berpandangan bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil dan mentadabburi (merenungi) maknanya -walaupun sedikit jumlah Ayat Al-Qur’an yang dibacanya- lebih utama daripada orang yang cepat dalam membaca Al-Qur’an, sehingga banyak jumlah Ayat Al-Qur’an yang dibacanya, namun tanpa mentadabburi maknanya.

Di zaman Al-Fudhail rahimahullah pun sudah dijumpai adanya orang yang didalam mengamalkan Al-Qur’an lebih kepada “sebatas membacanya semata”, padahal sesungguhnya mengamalkan Al-Qur’an lebih luas daripada sekedar membacanya saja, karena dalam Al-Qur’an terdapat aqidah, ibadah, mu’amalah dan hukum-hukum Islam yang tertuntut untuk kita amalkan.

 Berkata Al-Fudhail rahimahullah menuturkan fenomena yang beliau lihat di masanya :

إنما نزل القرآن ليعمل به ، فاتخذ الناس قراءته عملا 

“Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan, namun ternyata ada saja orang yang menjadikan (sebatas) membacanya sebagai sebuah bentuk pengamalannya”,

Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr hafizhahullah setelah membawakan perkataan Al-Fudhail di atas, bertutur :

فأهل القرآن هم العالمون به والعاملون بما فيه، لا بمجرد إقامة الحروف

“Ahlul Qur’an, mereka adalah orang-orang yang mengetahui maknanya dan mengamalkan isinya, bukan hanya sekedar melafadzkan huruf-hurufnya dengan benar.”

Catatan Penting!

  • Tulisan ini bukanlah dimaksudkan untuk menyudutkan para penghafal Al-Qur’an atau para Qurra` (Ahli Qiro`ah), tanpa diragukan lagi keduanya adalah dua kelompok manusia yang menduduki derajat yang tinggi dalam Islam, namun yang kami maksudkan disini adalah mendudukkan sesuatu pada tempatnya, semua ajaran Islam adalah penting, namun tingkat kepentingannya bertingkat-tingkat! Maka di dalam Islam ada skala prioritas suatu amal peribadatan.
  • Mempelajari makna ayat-ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam kitab-kitab Tafsir, Tauhid, Fikih, dan selainnya serta mengajarkannya, tanpa diragukan lagi, ini termasuk salah satu bagian yang termulia dari kelompok orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an yang dimaksud dalam hadits di atas, karena hakikatnya, kitab-kitab tentang Tauhid adalah kitab yang mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang Tauhid.
    Kitab-kitab tentang Fikih, hakikatnya adalah kitab-kitab yang  mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an tentang Fikih, dan demikian seterusnya.
  • Dengan demikian, siapakah sebaik-baik orang diantara kalian? Jawabannya : Orang yang mengumpulkan kedua macam aktivitas mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk kedalam barisan orang-orang yang terbaik di masyarakat kita, Aamiin.

Wallahu a’lam.

Untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, coba baca artikel berikut.

***

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim

Artikel: Muslim.or.id


Artikel asli: https://muslim.or.id/56281-hadits-belajar-alquran.html